W3LC0Me yA UkHti Wa Akhi

WelCoMe Ya UKHti wa AkHi

Selasa, 28 Juni 2011

jurnal tugas UAS semester 6 MKI


EXCHANGE RATE FORCESTING FUNDAMENTALS AND MACROECONOMIC
Oleh:
Titi Nurhidayati  (08510004)
Email: hida_pussy@yahoo.com
Abstrack

In a MNC company forecasting exchange rate / exchange rate is an important way of making hedge (hedging decision) after globalization. Foreign exchange rates each state a different cause for enterprise risk management. So take a few foreign exchange forecasting techniques that enable managers to help reduce the risk due to different exchange rates may cause the company's profits or losses in the future.
 To determine the predictive estimates of future exchange rates in the various methods of forecasting the exchange rate used. Such as: technical, fundamental, market-based, and mixed. All of these methods just to test the accuracy of macroeconomic forcesting in order. Information seen from the current macroeconomic either spot or forward transactions according to market behavior. But microeconomic may also affect the exchange rate changes on the spot and forward transactions.
Keywords: Forecasting exchange rates, Risk management,  macroeconomics
Dalam suatu perusahaan MNC peramalan kurs/ nilai tukar merupakan cara yang penting untuk keputusan lindung nilai (hedging decision) setelah globalisasi. Nilai tukar valuta asing tiap Negara yang berbeda menyebabkan manajemen risiko bagi perusahaan. Sehingga diperlukan beberapa teknik peramalan valuta asing yang memungkinkan membantu manajer mengurangi risiko tersebut akibat perbedaan nilai tukar  yang dapat menyebabkan keuntungan atau kerugian perusahaan di masa mendatang.
            Untuk mengetahui estimasi prediksi nilai tukar di masa depan berbagai metode peramalan kurs digunakan. Seperti: teknis, fundamental, berbasis pasar, dan campuran. Semua metode tersebut hanya untuk menguji akurasi paramalan dalam tatanan makro ekonomi. Informasi makro ekonomi dilihat dari arus transaksi baik spot maupun forward menurut perilaku pasar. Namun mikroekonomi kemungkinan juga berpengaruh terhadap perubahan kurs atas transaksi spot dan forward.
Kata kunci: Peramalan nilai tukar, Manajemen risiko, makroekonomi
            Setiap operasi sebuah MNC dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam nilai tukar. Beberapa fungsi korporasi yang membutuhkan peramalan nilai tukar adalah 1) keputusan hedging 2) keputusan pembiayaan jangka pendek 3) ) keputusan investasi jangka pendek 4) keputusan penganggaran modal 5) keputusan pembiayaan jangka panjang 6) penilaian laba (Madura, Jeff, 2006:335-337). Peramalan nilai tukar ini merupakan kunci bagi pengambilan keputusan yang melibatkan transfer dana dari satu mata uang ke mata uang lain dalam suatu periode waktu tertentu. Peramalan nilai tukar/ valas dilakukan karena  akan mendatangkan keuntungan secara terus menerus bagi peramal dan setidaknya peramal harus memenuhi 4 syarat agar dapat untung, yaitu 1) peramal harus menggunakan model peramalan yang handal secara eksklusif 2) peramal secara konsisten mendapatkan akses terhadap informasi sebelum investor lain 3) peramal dapat meramal kapan dan bagaimana intervensi pemerintah dalam pasar valas (Mudrajat, 2001:227). Untuk itu diperlukan beberapa teknik/ metode yang mendukung dalam proses peramalan valas salah satu yang popular saat ini yaitu teknik fundamental. Dalam journal Exchange Rate Forecasting, Order Flow and Macroeconomic Information dijelaskan tentang berbagai perdebatan tentang pemakaian 2 pendekatan peramalan fundamental yaitu tentang menjembatani kesenjangan informasi makroekonomi dan mikroekonomi (Martin dkk, 2009). Peramalan fundamental (fundamental forecasting) dilakukan berdasarkan hubungan fundamental antara variabel-variabel ekonomi dengan kurs (Madura, Jeff, 2006). Pergerakan kurs pada frekuensi satu tahun atau kurang tetap tidak dapat dijelaskan oleh variabel makroekonomi (Meese dan Rogoff 1983, Frankel dan Rose 1995, Cheung et al 2005). Berarti variabel makroekonomi dan mikroekonomi memiliki hubungan terhadap pergerakan kurs ini. Dengan mempertimbangkan nilai variabel tersebut saat ini serta dampak historisnya terhadap nilai mata uang, perusahaan dapat membuat prediksi kurs. Suatu peramalan dapat dibuat hanya berdasarkan penilaian subyektif mengenai tingkat pergerakan umum atas variabel-variabel ekonomi pada suatu Negara yang diperkirakan akan mempengaruhi kurs. Dari sudut statistik, suatu ramalan akan dibuat berdasarkan dampak faktor-faktor yang terukur secara kuantitatif terhadap kurs. Menurut Mudrajat (2001: 230) pada dasarnya ramalan fundamental dipengaruhi oleh variabel seperti faktor politik (kontrol terhadap arus modal dan spread kurs valas dan ekonomi makro fundamental (inflasi, suku bunga, situasi neraca pembayaran, trend pertumbuhan pendapatan nasional, pengeluaran pemerintah, dan perubahan jumlah uang yang beredar). Interpretasi dari variabel-variabel ini dan implikasinya terhadap kurs valas masa mendatang tergantung dari bagaimana para analisis menyusun model penentuan kurs valas. Masalah mendasar menurut Mudrajat (2001) dalam penggunaan analisis fundamental yaitu tentang masalah kesenjangan waktu antara periode kejadian-kejadian yang mempengaruhi valas, dan antara saat kejadian tersebut terjadi dengan dampaknya terhadap kurs valas.
            Dalam dikotomi makro-mikro penentuan nilai tukar, seseorang mungkin melihat makro standar sebagai pendekatan, berdasarkan asumsi hanya informasi pengetahuan umum ekonomi makro, dan pendekatan mikro didasarkan pada pandangan bahwa kepercayaan heterogen penting untuk menentukan harga. Namun, mengingat kurangnya model yang diterima secara luas untuk nilai tukar nominal, tidak dari perspektif ekstrem adalah mungkin benar. Pandangan hibrida, seperti yang disajikan dalam pendekatan struktur mikro nilai tukar (misalnya Evans dan Lyons, 2002; Bacchetta dan van Wincoop, 2006), tampaknya lebih masuk akal. Dalam kerangka ini, dampak makroekonomi informasi harga kurs tidak hanya secara langsung, seperti dalam model makro standar, tetapi juga secara tidak langsung melalui pesanan. Order Flow menjadi mekanisme transmisi yang memfasilitasi tersebarnya agregasi harga terhadap informasi yang relevan seperti interpretasi berita heterogen, perubahan harapan, dan guncangan untuk lindung nilai dan tuntutan likuiditas (Dagfinn Rime, Lucio Sarno, Elvira Sojli (2008).
            Perubahan kurs yang cepat menyebabkan adanya manajemen risiko valas atas fluktuasi. Dalam mengurangi risiko maka teknik lindung nilai  peramalan valas diperlukan. Manajemen risiko valuta asing adalah daerah menantang baru bagi wajah manajer keuangan saat ini. keakuratan nilai tukar diperkirakan sangat penting untuk keputusan lindung nilai terutama setelah globalisasi. Contoh hal ini sekarang yang lebih penting sebagai USD adalah depresiasi dan dunia menghadapi harga minyak abnormal dan kenaikan harga pangan. Upaya itu dibuat untuk estimasi parameter ARIMA dan GARCH dan menerapkan mereka untuk mensimulasikan dan memprediksi nilai tukar.
            Dalam analisis fundamental, metode yang bisa digunakan untuk peramalan ada 2 yaitu 1) menggunakan analisis sensivitas untuk peramalan fundamental, yaitu jika model regresi digunakan untuk peramalan, dan nilai dari faktor yang mempengaruhi memiliki dampak tertunda (lagged) pada kurs, nilai aktual factor tersebut dapat digunakan sebagai input dalam peramalan. Misalnya, jika perbedaan inflasi memiliki dampak tertunda pada kurs, maka perbedaan inflasi pada periode berikutnya. Namun, beberapa factor memiliki pengaruh langsung pada kurs. Karena faktor ini tidak dapat diketahui, maka harus digunakan peramalan. Perusahaan mengetahui bahwa jika faktor tersebut diramalkan dengan tidak tepat maka mengakibatkan peramalan pergerakan kurs yang tidak tepat, sehingga perusahaan ingin mempertimbangkan ketidakpastian tersebut melalui analisis sensivitas yang mempertimbangkan lebih dari satu kemungkinan atas factor yang tidak pasti. 2) kegunaan PPP untuk peramalan fundamental, menyatakan bahwa mata uang pada Negara yang mengalami inflasi akan terdepresiasi sebesar jumlah yang mencerminkan perbedaan inflasi Negara tersebut dengan Negara lain. Menurut PPP persentase perubahan pada nilai mata uang asing (e) selama satu peride harus mencerminkan perbedaan antara tingkat inflasi Negara asal (Ih) dengan tingkat inflasi asing (If )selama periode tertentu. 3) keterbatasan peramalan fundamental, seperti 1) tidak diketahui kapan tepatnya pengaruh beberapa factor terhadap nilai mata uang muncul. Mungkin dampak inflasi atas kurs tidak terjadi sampai dua, tiga, atau empat kuartal berikutnya. Model regresi perlu disesuaikan dengan hal tersebut. 2) koefisien yang diperoleh dari analisis regresi tidak selalu konstan sepanjang waktu.
            Menurut Sartono (2003)  ada beberapa kekurangan dari metode teknik fundamental. Kekurangan-kekurangan menggunakan peramalan fundamental ini adalah sebagai berikut:
1)      Tidak diketahui kapan tepatnya pengaruh beberapa faktor terhadap nilai mata uang muncul.
2)      Kesulitan melakukan simulasi berbagai tingkat bunga
3)      Harus terdapat perbedaan dengan pasar.
4)      Terdapat variabilitas time lag antara perubahan fundamental yang diprediksi dan kapan fundamental benar-benar mempengaruhi nilai tukar.
Namun juga ada kelebihan-kebihan dari penggunaan metode ini sbb:
1) Menurut metode PPP (Purchasing Power Parity theory) yang menggunakan kurs spot dan tingkat inflasi antar negara, menyatakan bahwa perubahan kurs mata uang selama periode tertentu harus sama dengan perbedaan inflasi untuk periode yang sama artinya mata uang yang memiliki tingkat inflasi yang tinggi harus didevaluasi relatif terhadap mata uang yang mempunyai tingkat inflasi yang rendah.
2) Menurut metode IFE (International Fisher Parity) yang menggunakan hubungan antara presentasi kurs spot dan perbedaan suku bunga pada pasar modal antar negara, menyatakan bahwa mata uang yang memiliki suku bunga yang rendah diharapkan akan mengalami apresiasi relatif terhadap mata uang yang memiliki suku bunga tinggi.
3) Menurut metode IRP (Interest Rate) yang menggunakan perbedaan suku bunga dan spread kurs spot dan kurs forward, menyatakan bahwa mata uang negara yang memiliki tingkat bunga yang rendah seharusnya berada pada premi forward dibanding dengan mata uang negara yang tingkat bunganya lebih tinggi, artinya return yang didapat dengan melindungi investasi internasional akan sama dengan suku bunga domestik dengan tingkat bunga yang identik.
Menurut Martin Evans dalam jurnalnya Forecasting Exchange Rate Fundamentals with Order Flow (2009) lebih umum memberikan contoh dari paling likuid pasar keuangan dunia harga aset bagaimana menanamkan informasi tentang kondisi makro ekonomi masa depan melalui proses berbasis pasar. Analisis teoritis ini didasarkan genre baru model nilai tukar yang mencantumkan elemen model makro moneter (misalnya, Engel dan Barat 2006, Engel et al. 2007 dan Mark 2009), dan unsur-unsur perdagangan mata uang yang ditemukan di model mikro (Evans dan Lyons 1999). Model ini menggabungkan dua fitur kunci: Pertama, hanya beberapa informasi makro yang relevan untuk kurs spot tukar saat ini pada titik manapun dalam waktu lama diketahui publik. Informasi lain yang hadir dalam ekonomi, tetapi ada dalam bentuk tersebar mikroekonomi dalam arti Hayek (1945). Kedua, nilai tukar spot secara harfiah ditentukan sebagai harga mata uang asing yang dikutip oleh dealer pertukaran asing. Sebagai akibatnya, dealer merasa optimal untuk bervariasi spot mereka mengutip tarif sebagai mereka merevisi perkiraan mereka fundamental makroekonomi masa depan sebagai respons terhadap informasi yang mereka pelajari dari transaksi mereka dengan agen lainnya. Model ini tidak hanya menyediakan dasar teoritis untuk empiris hubungan kuat antara kurs spot dan arus transaksi secara bersamaan (lihat, sebagai contoh, Evans dan Lyons 2002a & 2002b), hal ini juga memberikan dua implikasi baru untuk peramalan: Pertama, arus transaksi harus memiliki kekuatan peramalan fundamental tambahan untuk masa depan relatif terhadap saat kurs spot dan fundamental. Kedua, dealer dapat menggunakan informasi ini secara rasional untuk menyesuaikan premi risiko mereka dalam menanamkan tanda kutip kurs spot masa depan mereka. Ketika ini terjadi, transaksi arus akan memiliki kekuatan peramalan untuk pengembalian kelebihan masa depan.

Perbandingan peramalan teknik fundamental dengan peramalan teknik berbasis pasar
Dengan melihat keunggulan dan kekurangan teknik peramalan fundamental  maka dalam penelitian lain menggunakan teknik peramalan efisiensi pasar. Reasoning menggunakan teknik peramalan sesuai dengan keadaan pasar valuta asing seperti weakly efficiency market, semi-strong market efficiency dan strongly efficiency market. Suatu pasar dikatakan efisien bila kurs valas selalu betul-betul mencerminkan semua informasi yang tersedia dan relevan. Untuk menguji efisiensi pasar, pengamatan dimulai dengan mengidentifikasi karakteristik berbagai valas tersebut. Efisiensi pasar (market efficiency) mengkombinasikan kurs spot dan kurs forward untuk memprediksi future spot. Hubungan ini mengajarkan bahwa harapan kurs spot masa mendatang (future spot) merupakan rata-rata tertimbang dari kurs spot saat ini dan kurs forward dalam pasar yang efisien. Informasi yang terdapat dalam kurs spot mencerminkan kondisi pasar saat ini yang merangkum semua informasi historis yang mempengaruhi kurs valas dalam memprediksi future spot. Informasi yang terdapat kurs forward mencerminkan informasi mengenai faktor-faktor yang diharapkan menentukan kurs spot masa mendatang (future spot). Dengan demikian dalam efisiensi pasar mengandung dua himpunan informasi yang mencakup elemen masa mendatang dan masa lalu yang mempengaruihi pergerakan kurs valas dalam memprediksi future spot (Kuncoro, 2001). Dalam uji empirik diperlukan pemahaman bagaimana harapan / prediksi dibentuk. Suatu harapan rasional berarti tidak ada kesalahan yang sistematik dalam peramalan. Implikasinya, perubahan harga dari kurs spot dan kurs forward harus random (acak) dalam arti perubahan tersebut tidak dapat diprediksi secara pasti pada masa yang akan datang (future) dalam pasar yang efisien (Kuncoro, 2001).
Penggunaan mata uang tunggal Euro di Eropa, memungkinkan kebijakan moneter tunggal di negara-negara Eropa dalam menilai kebijakan pertumbuhan ekonomi di Eropa. Penggunaan Euro memungkinkan terjadinya aktivitas perdagangan dan aliran dana lintas batas di dalam zona Euro tanpa perlu melakukan konversi nilai tukar mata uang. Negara-negara Eropa yang berpartisipasi dalam mata uang tunggal Euro masih akan terpengaruh oleh pergerakan Euro terhadap mata uang lain seperti USD (Dollar Amerika). Selanjutnya, banyak perusahaan di Amerika Serikat dan di Asia masih akan tetap terpengaruh oleh pergerakan nilai Euro yang relatif terhadap USD (Madura, 2006).
Perubahan pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat sedikit banyaknya mempengaruhi perkembangan mata uang negara tersebut (USD) terhadap negara-negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia (Rupiah). Gejala melemahnya USD terlihat sejak pertengahan tahun 2006, yaitu ketika Bank Sentral Amerika (The Federal Reserve) menghentikan kenaikan suku bunga. Tingkat suku bunganya 5,25% tidak beranjak naik semenjak Agustus 2005 silam. Padahal, kenaikan suku bunga bisa dijadikan sebagai dopping yang membuat USD tetap menguat tetapi kinerja fundamental ekonomi Amerika tidak mendukung penguatan ini. Ini disebabkan Amerika dihadapkan persoalan duo defisit, yaitu defisit neraca perdagangan dan anggaran yang tidak selesai. Hal ini menyebabkan langkah untuk menaikkan bunga lebih tinggi menjadikan menurunnya perekonomian negara adidaya itu. Akibatnya, valuta asing (valas) non-USD seperti Euro, Yen Jepang dan Dollar Australia terlihat lebih menarik untuk dijadikan sebagai investasi alternatif di pasar valas (Madura, 2006).
Perekonomian di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat dan Eropa, selain mampu mempengaruhi ekonomi dunia, ternyata juga sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi di negara-negara berkembang di Asia seperti Indonesia dan juga negara dengan perekonomian yang cukup stabil seperti Australia, dan Jepang. Menurunnya dominasi Dollar Amerika (USD) di Asia disebabkan antara lain menguatnya mata uang regional Asia seperti Yen Jepang (¥). Dengan menguatnya mata uang terkuat di Asia tersebut menjadi alternatif pilihan untuk negara-negara di Asia termasuk Indonesia dalam melakukan transaksi perdagangan valas. Jepang merupakan negara pengekspor terbesar di Asia yang sering melakukan perdagangan dengan Indonesia, dan Indonesia sering melakukan transaksi perdagangan dengan menggunakan mata uang Yen (Sartono, 2003). Perdagangan valas selain USD yang menarik untuk diteliti adalah Dollar Australia (AUD). Australia memiliki potensi bisnis yang besar karena pertumbuhan ekonominya cukup baik dan stabil. Dollar Australia sering digunakan sebagai salah satu mata uang asing dalam transaksi perdagangan valas karena Australia banyak terlibat dalam aliran perdagangan Internasional dan aliran finansial dengan Indonesia. Volume perdagangan (ekspor dan impor) antara kedua negara tersebut sangat besar, sehingga potensi pertukaran antara kedua mata uang Rupiah dan AUD sangat besar (Madura, 2006).
Pasar Valas merupakan pasar yang dinamis. Harga-harga selalu berubah untuk merefleksikan perubahan-perubahan dalam supply dan demand (Faisal, 2001). Meramal Valas (valuta asing) menurut Kuncoro (2001), merupakan strategi yang sangat penting bagi suksesnya usaha bisnis internasional. Kemampuan peramalan nilai mata uang berbeda untuk tiap jenis mata uang. Ketidaktepatan peramalan atau proyeksi valas dapat menghilangkan peluang mendapatkan keuntungan dari transaksi perdagangan internasional, karena hampir sebagian besar transaksi di bisnis internasional dipengaruhi oleh perubahan-perubahan kurs valas tersebut (Madura, 2006). Proses membuat peramalan dari indikator pasar, yang lebih dikenal dengan peramalan berbasis pasar (market based-forecasting) biasanya dikembangkan berdasarkan kurs spot dan kurs forward. Peramalan kurs jangka panjang dapat dilakukan berdasarkan kurs forward jangka panjang. Peramalan dapat juga menggunakan kurs spot. Kurs spot digunakan karena kurs spot mencerminkan perkiraan pasar atas future spot dalam jangka waktu dekat (Madura, 2006).
Menurut Chiang (1986), kurs forward mencerminkan informasi yang diharapkan untuk menentukan nilai tukar yang akan datang. Dikatakan seperti itu karena kurs forward dipandang sebagai peramal yang tidak bias (unbiased predictors) dari future spot. Sedangkan kurs spot dikatakan sebagai peramal terbaik untuk future spot, karena kurs spot merangkum semua informasi yang relevan yang menentukan future spot. Analisis regresi menunjukkan bahwa untuk meramal atau memprediksi future spot jangka panjang kurs spot adalah prediktor terbaik. Menurut Chiang (1988), banyak faktor yang mempengaruhi ketika meramalkan future spot diantaranya kurs forward dan kurs spot. Analisis regresi menunjukkan bahwa parameter α dan β dan di dalam spesifikasi efisiensi pasar yang sederhana adalah sensitif terhadap informasi baru yang tersedia dan informasi tersebut bervariasi terhadap semua subsample dari periode yang diteliti. Riset Chiang tersebut menyatakan bahwa sifat parameter dari data time series harus dimanfaatkan secara efektif dalam menentukan prediksi future spot. Sedangkan menurut Brzeszczynski (2002) studi kasus di Polandia, perkembangan pasar uang di Polandia dapat dianalisis dari perspektif di luar pasar uang valas oleh proses perubahan bentuk makro ekonomi di Polandia. Pada awal tahun 1990-an ditandai oleh intervensi kekuatan moneter yang tinggi dalam mekanisme penjualan pasar uang dan valuta asing. Alasan utama mengamati dinamika pasar uang karena penyesuaian sistem ekonomi di Polandia terhadap perubahan mekanisme pasar uang dan karakteristik pembatasan administrasi di tahun 1990-an. Instrumen kebijakan moneter dan fiskal telah dibuat aturan untuk mengatur sistem keseimbangan ekonomi dalam jangka waktu yang pendek dari keaadan inflasi yang terlalu tinggi (yang berpengaruh terhadap perubahan struktur harga dan perekonomian di Polandia). Dengan demikian penelitian Brzeszczynski menggunakan tingkat kurs spot, kurs forward dan tingkat bunga pasar uang domestik dan tingkat bunga pasar uang asing dalam meneliti mata uang yang mengambang dan pasar uang (valas) dan pasar modal di Polandia. Suatu pasar valas disebut efisien bila kurs valas selalu betul-betul mencerminkan semua informasi yang tersedia dan relevan. Dalam uji empirik efisiensi pasar diperlukan pemahaman bagaimana suatu harapan dibentuk. Suatu harapan rasional berarti tidak ada kesalahan yang sistematis dalam peramalan. Implikasinya, perubahan harga harus random (acak) dalam arti perubahan tersebut tidak dapat diprediksi berdasarkan kenyataan masa lalu (Kuncoro, 2001). Efisiensi pasar spot adalah hipotesis random walk yaitu model peramalan efisiensi pasar yang menggunakan kurs spot sebagai variabel independennya (prediktor). Efisiensi pasar forward adalah hipotesis unbiased forward rate yaitu model peramalan efisiensi pasar yang menggunakan kurs forward sebagai variabel independennya (prediktor). Efisiensi pasar komposit adalah hipotesis yang mengkombinasikan keunggulan hipotesis random walk dengan hipotesis unbiased forward rate dengan kata lain model peramalan efisiensi pasar yang mengkombinasikan kurs spot dan kurs forward sebagai variabel-variabel independennya (prediktor) (Kuncoro, 2001).



Kesimpulan
Fluktuasi suatu kurs valuta asing menyebabkan manajemen risiko terhadap investasi yang akan dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan adanya ramalan kurs dalam praktiknya agar investor memperoleh keuntungan jika terjadi spread kurs. Jika investor menggunakan ramalan fundamental maka variabel yang harus diperhatikan yaitu variabel faktor politik (kontrol terhadap arus modal dan spread kurs valas dan ekonomi makro fundamental (inflasi, suku bunga, situasi neraca pembayaran, trend pertumbuhan pendapatan nasional, pengeluaran pemerintah, dan perubahan jumlah uang yang beredar). Sedangkan jika menggunakan ramalan berbasis pasar  maka variabel yang perlu diperhatikan pula yaitu kurs spot atau kurs forward.

Daftar Pustaka

Madura, Jeff. 2006. Internasional Corporate Finance: Keuangan Perusahaan Internasional. Jakarta: Salemba Empat
Kuncoro, Mudrajat. 2001. Manajemen Keuangan Internasional: Pengantar Ekonomi dan Bisnis Global. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Evans, Martin, dkk. 2009. Journal Forecasting Exchange Rate Fundamentals with Order Flow. Washington DC : Department of Economics Haas School of Business Georgetown University and NBER U.C. Berkeley and NBER
Ravindran, Ganisen and Roslan. Exchange Rate Forecasting – An Application of Higher Order ARIMA and GARCH Models
Dagfinn Rime, Lucio S, Elvira S.2008. Exchange Rate Forecasting, Order Flow and Macroeconomic Information: Norwegian University of Science and Technology
Ayu, I Gusti. 2007. Analisis Pengaruh Kurs Spot dan kurs Forward (Euro, Dollar Amerika, Yen dan Dollar Australia) dalam Memprediksi Future Spot. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar