W3LC0Me yA UkHti Wa Akhi

WelCoMe Ya UKHti wa AkHi

Selasa, 28 Juni 2011


Tugas Individu Matakuliah Study Kelayakan Bisnis
                                                                
ANALISIS

JUDUL: Industri Pengolahan Minyak Kelapa
BAB I : PENDAHULUAN
·         Latar Belakang
Pengolahan minyak kelapa baik dari kelapa sawit dan kelapa merupakan industri produk yang langka dan manfaatnya bagi kesehatan sangat baik dari minyak apapun. Faktanya pada krisis 1997 harga minyak goreng  tetap melambung tinggi. Dikarenakan masih minimnya produsen yang mengolah minyak kelapa.  Biasanya produsen ini bukan dari kalangan petani pemilik kebun. Kekurangan modal dan keahlian dalam pengolahan minyak kelapa menjadikan suatu kendala beberapa petani untuk mengolah kelapa sendiri. Sehingga kesejahteraan petani sebatas apa yang diterima dari penjualan hasil butiran biji kelapa. Padahal  harga minyak goreng bila dibandingkan sangat jauh sekali dengan penjualan butiran biji kelapa. Untuk itu agar pendapatan petani bertambah maka dilakukan pengolahan kelapa sehingga menjadikan  nilai tambah pada produk tersebut dan tidak sebatas hanya pada penjualan butiran kelapa. Kesejahteraan petanipun dapat meningkat pesat. Didukung perkebunan kelapa di Indonesia sangat luas dan Indonesia sebagai Negara agrobisnis.

BAB II: ASPEK HUKUM
Dalam contoh hasil SKB pada situs Bank Indonesia ini tidak dicantumkannya Aspek hukum sehingga diperlukan suatu perbaikan terlebih dahulu. Dengan memperhatikan beberapa point yang harus dibahas, yaitu sebagai berikut:
1.      Pelaksana bisnis
2.      Identitas Pelaksana Bisnis
3.      Bisnis apa yang akan dilaksanakan
4.      Lokasi bisnis
5.      Waktu pelaksanaan bisnis
6.      Peraturan dan kelengkapan perijinan
7.      Rekomensasi layak atau tidak suatu bisnis ini dilaksanakan, atau malah dilakukan perbaikan
·         Rekomendasi: Tidak layak, sehingga perlu dilakukan perbaikan kembali dengan menjelaskan segi aspek hukumnya.

BAB III: ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
a.       Bentuk Pasar
Setelah dianalisis, di contoh hasil SKB ini belum dicantumkannya penjelasan aspek pasar produsen dan konsumen yang akan dipilih. Sehingga perlu adanya perbaikan kembali.
b.      Mengukur dan Meramal Permintaan dan Penawaran
Berdasarkan data pada tahun 2001, total produksi minyak kelapa Indonesia adalah 693,8 ribu metrik ton. Sebagian besar, yaitu 395,02 ribu metrik ton diekspor ke luar negeri sehingga total penawaran domestik adalah 278,82 ribu metrik ton. Permintaan berasal dari industri makanan sebesar 215 ribu metrik ton dan penggunaan lainnya sebesar 63,82 ribu metrik ton. Dengan penawaran dan permintaan seperti itu, kebutuhan domestik masih belum tercukupi sebesar 20 ribu metrik ton.
Konsumsi minyak kelapa domestik rata-rata per kapita tahun 1996, menurut data BPS adalah 0,1 liter per minggu. Konsumsi ini paling tinggi diantara konsumsi minyak dan lemak lainnya yang berkisar pada rata-rata 0 - 0,095 perkapita. Pada tahun 2003 pola konsumsi minyak dan lemak tidak jauh berubah, di mana konsumsi minyak kelapa masih cukup tinggi yaitu 0.1 liter per minggu sementara konsumsi minyak lainnya juga antara 0 - 0.01 liter per minggu (BPS, 2003). Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa permintaan minyak kelapa Indonesia juga berasal dari luar negeri. Perkembangan permintaan tersebut sangat dipengaruhi oleh konsumsi minyak kelapa dunia. Pada tahun 2001, konsumsi minyak kelapa dunia mencapai 3.366 ribu metrik ton. Konsumsi minyak kelapa tertinggi berasal dari negara-negara Eropa Barat, yaitu 570 ribu  metrik ton (20,3%), USA 467 ribu metrik ton (16,6%), India 451 ribu metrik ton (16,1%), Philipina 289 ribu metrik ton (10,3%), Indonesia 228 ribu metrik ton (8,1%), Mexico 123 ribu metrik ton (4,4%) dan negara lainnya 677 ribu metrik ton (24,2%). konsumsi minyak kelapa dunia mengalami puncaknya pada tahun 1998 yang mencapai 3.635 ribu metrik ton dan pada tahun 1999 mengalami penurunan dan cenderung meningkat lagi pada tahun 2000-2001. Pada tahun 2001 pemenuhan konsumsi dunia terhadap minyak kelapa masih kurang sebesar 141 ribu metrik ton.
c.       Segmentasi, target, dan posisi di pasar
Dalam contoh hasil SKB tidak dicantumkan tentang poin ini. Sehingga perlu adanya perbaikan lagi dengan menjelaskan segmentasi pasar konsumen dan segmentasi pasar industrial. Sedangkan pada posisi targetting harus memperhatikan segmen pasar yang akan dicakup, lalu memilih segmen mana yang akan dilayani yang dianggap paling potensial. Selanjutnya untuk posisi di pasar harus menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar.
d.      Situasi persaingan di lingkungan industri
Pada umumnya, minyak kelapa yang diproduksi oleh industri kecil dijual dalam bentuk minyak curah. Persaingan pada usaha ini berasal dari penjualan minyak goreng perusahaan-perusahaan besar yang mempunyai merek dagang tertentu yang berasal dari minyak kelapa sendiri ataupun minyak kelapa sawit namun dijual dalam bentuk minyak curah. Mayoritas persaingan yang terdapat di daerah survei datang dari minyak kelapa yang bermerek.
Persaingan dapat diidentifikasi dari: harga, jenis dan mutu, dan penyediaan input. Meskipun demikian peluang usaha untuk usaha kecil masih tetap baik di daerah survei. Hal ini disebabkan oleh beberapa sebab: 
a. Semakin langkanya minyak kelapa tradisional akan tetapi permintaan terhadap minyak kelapa ini cenderung meningkat;
b. Kecenderungan preferensi konsumen yang semakin tinggi terhadap minyak goreng yang bebas dari bahan pengawet; dan
c. masih tingginya permintaan yang datang dari luar daerah maupun permintaan dari luar negeri.
Peningkatan produksi kelapa telah mendorong peningkatan volume dan nilai ekspor minyak kelapa. Devisa negara yang diperoleh dari ekspor produk kelapa mencapai US$ 320 juta pada tahun 2000 sedangkan perkembangan volume dan nilai ekspor-impor minyak kelapa dari tahun 1968–2002. Perkembangan volume dan nilai ekspor berfluktuasi yang sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dalam negeri yang cenderung meningkat dan harga di pasar internasional. Pada tahun 1968, nilai ekspor minyak kelapa Indonesia hanya mencapai US$ 3,2 juta atau 174,2 metrik ton. Ekspor minyak kelapa Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1997 yang mencapai 6,4 ribu metrik ton dengan nilai US$ 401,65 juta. Sementara itu, pada tahun 2000, ekspor minyak kelapa mencapai 7,3 ribu metrik ton dengan nilai US$ 319,67 juta. Tujuan ekspor utama minyak kelapa Indonesia adalah ke Amerika Serikat, Eropa Barat, Irlandia, Singapura, Malaysia, Bangladesh, India, Srilanka, China, Taiwan, dan Korea Selatan. 
Indonesia menduduki ranking pertama dalam luas produksi kelapa. Pada tahun 1999, luas panen produksi Indonesia mencapai 3.712 ribu ha (31,2%) dari total areal dunia 11.909 ribu ha (100%), yang kedua Philipina seluas 3.077 ribu ha (25,8%), India 1.908 ribu ha (16,0%), Srilanka 442 ribu ha (3,7%), Thailand 372 ribu ha (3,1%) dan negara lainnya 2.398 ribu ha (20,2%). Sementara itu, pada tahun 2003, kontribusi produksi minyak kelapa Indonesia menduduki posisi ke-2 di dunia yaitu sebesar 22,1% dan Philipina sebesar 43,9% dari total produksi dunia. 
e.       Sikap, perilaku, dan kepuasan konsumen
Tidak dicantumkannya poin ini sehingga perlu dilakukan perbaikan. Sikap digunakan untuk menilai efektivitas kegiatan pemasaran. Sedangkan perilaku konsumen dikaitkan dengan kebudayaan, budaya khusus, kelas social, kelompok social, dan referensi keluarga. Sehingga konsumen melakukan keputusan pembelian yang diakhiri dengan perilaku sesudah pembelian dimana membeli lagi atau tidak tergantung dari tingkat kepuasan yang didapat dari produk atau jasa tersebut. Selanjutnya kepuasan konsumen dilakukan dengan dilakukan kepuasan fungsional dan psikologis.
f.       Manajemen pemasaran
Dalam poin ini perlu diperhatikan dua informasi penting yaitu:
1.      Analisis persaingan (sudah ada pada poin D)
2.      Bauran pemasaran èsetelah dianalisis hanya dicantumkan tentang harga, padahal dalam bauran pemasaran ada beberapa variable yang digunakan seperti promosi, tempat, produk. Sehingga perlu dijelaskan antar keterkaitan variable tersebut.
g.      Rekomendasi
Hasil analisis layak dengan catatan. Sehingga perlu adanya perbaikan dengan menjelaskan poin a, c, dan f agar informasinya lebih valid.

BAB IV : ASPEK TEKNIK/OPERASI DAN TEKNOLOGI
a. Lokasi Usaha
Usaha pengolahan minyak kelapa dengan skala kecil pada umumnya dapat dilakukan dimana saja. Karena adanya mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi dan adanya limbah cair dan asap, maka sebaiknya lokasi usaha didirikan di luar wilayah pemukiman penduduk. Namun demikian apabila perusahaan dapat meredam kebisingan akibat suara mesin dan ada upaya untuk menampung limbah cair yang tidak berbahaya, maka lokasi usaha yang terletak di dekat pemukiman penduduk juga bisa dilakukan.
b. Teknologi
Teknologi yang digunakan oleh pengusaha yang menjadi responden dalam penyusunan buku ini adalah teknologi penggorengan kelapa (hot oil immersion drying technology/HOID). Sementara dari penggunaan mesin dan peralatan, dapat disimpulkan bahwa teknologi pengolahan tersebut tergolong pada taraf sedang (madya) dan dari proses produksinya dapat dikatakan sebagai intensif.
c. Kapasitas Produksi, Fasilitas Produksi, Peralatan, dan Tata Letak (Lay Out)
Untuk melakukan proses produksi dengan kapasitas 0 - 2 ton, diperlukan tempat yang terdiri dari tanah dan bangunan yang berukuran 200 m2 - 300 m2. Bangunan untuk pabrik dapat dibentuk sedemikian rupa untuk dapat menampung mesin-mesin dan peralatan lain dalam proses produksi. 
Ada tiga jenis mesin utama yang digunakan dalam industri pengolahan minyak kelapa. Ketiga mesin tersebut sesuai dengan fungsinya masingmasing, yaitu: 
a)      Mesin giling untuk menggiling atau memarut daging kelapa segar;
b)      Mesin peras yang bertujuan untuk mengepress bungkil kelapa yang masih mengandung minyak; 
c)      Mesin penggerak untuk menggerakkan mesin pengepress. 
Selain ketiga jenis mesin di atas, diperlukan juga tungku dan alat penggorengan (wajan) yang berukuran kira-kira 1,5 m x 3 m. Tungku ini berguna untuk melakukan penggorengan dalam rangka memisahkan air dan minyak kelapa dari daging kelapa yang sudah dicacah halus. Peralatan lainnya adalah skop dan drum yang berguna untuk memindahkan potongan daging kelapa panas yang digoreng secara manual dari wajan ke mesin peras. Selain itu, diperlukan juga tangki-tangki untuk menampung dan mengendapkan minyak kelapa yang dihasilkan dan pemipaan atau selang untuk mengalirkan minyak kelapa hasil pengolahan dari satu tangki ke tangki yang lainnya. 
d. Produksi Optimum/ skala produksi
Produksi optimum yang dapat dihasilkan oleh kapasitas 2 ton daging kelapa akan dihasilkan sekitar 30-35% minyak kelapa atau sekitar 600 kg-700 kg minyak kelapa. Oleh karena itu, dengan menggunakan input sebanyak 2 ton daging kelapa akan diperoleh bungkil kelapa sebanyak 400 kg sampai 500 kg. Produk ini dapat dijual sebagai bahan baku pembuatan industri pakan ternak dengan harga Rp 500 sampai Rp 600 per kg. Dengan demikian, produk hasil olahan minyak kelapa sebetulnya ada dua, yaitu: minyak kelapa dan kethak/bungkil kelapa.
f. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi
Dengan bahan baku dua ton daging kelapa segar, akan dihasilkan sekitar 30 35% minyak kelapa atau sekitar 600 kg-700 kg minyak kelapa. Pada umumnya, minyak kelapa hasil olahan industri kecil mempunyai harum yang khas. Selain itu, warnanya lebih keruh dibandingkan dengan minyak kelapa hasil olahan pabrik besar sehingga perlu diberikan bahan-bahan pemurni, pemutih, dan penghilang bau. Selain memproduksi minyak kelapa, proses produksi juga menghasilkan produk sampingan yaitu: bungkil kelapa, sisa pengepresan. Produk ini dapat dihasilkan sebanyak 20%-25% dari total jumlah input.  Jenis dan Mutu Produk Minyak Kelapa :
1.      Minyak Kelapa RBD (RBD-Coconut Oil) adalah minyak kelapa yang diproses di pabrik dengan diberi senyawa untuk memurnikan (Refined=R), menjernihkan (Bleaching=B) dan menghilangkan aroma yang kurang sedap (Deodorised=D). Produk ini cukup tahan lama dan biasanya sudah dikemas dengan baik.
2.      Minyak Kelapa Tradisional (Traditional Coconut Oil) yakni buah kelapa segar dihancurkan atau diparut, lalu diperas untuk diambil santannya. Santan inilah kemudian dimasak dengan api kecil sampai minyaknya keluar. Minyak hasil olahan ini biasanya tidak tahan lama. Oleh karena itu, setelah produksi biasanya langsung dijual. Meskipun demikian proses RBD juga bisa dilakukan dengan skala yang lebih kecil. 
3.      Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil/ VCO), minyak ini dihasilkan dengan cara memeras buah kelapa segar untuk mendapatkan minyak tanpa dimasak. Jadi diproses tanpa pemanasan seperti pada pembuatan minyak kelapa tradisional. Oleh karena itu minyak ini juga disebut minyak kelapa ektrak dingin (Cold Expelled Coconut Oil/ CECNO). Keuntungan dengan proses ini yakni minyak yang diperoleh bisa tahan sampai dua tahun tanpa menjadi tengik (rancid), sehingga produk ini sebetulnya tidak lagi memerlukan proses RBD.
h.      Manajemen persediaan
·         Bahan Baku
Bahan baku industri minyak kelapa adalah daging kelapa baik yang basah atau yang sudah kering (kopra). Kebutuhan akan bahan baku kelapa di Indonesia sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan karena Indonesia tercatat sebagai produsen buah kelapa terbesar kedua di dunia setelah Philipina. 
     Pada aspek tertentu, tanaman kelapa dan produknya belum dapat bersaing dengan sumber minyak nabati lainnya. Penelitian yang terus menerus telah dilakukan di Indonesia untuk mendapatkan varietas pohon kelapa yang unggul. Hasil-hasil penelitian tersebut telah banyak membantu para petani untuk memperoleh hasil panen perkebunan kelapa yang baik.
Oleh sebab itu varietas unggul yang dihasilkan ditujukan selain berdaya hasil tinggi juga sesuai untuk produk-produk alternatif. Balitka telah merekomendasikan beberapa Kelapa Dalam dan Hibrida unggul. Kelapa Dalam ini adalah Mapanget, DMT 3283, Tenga, Bali, Palu, Sawarna, dan Riau, yang menghasilkan 3,0-4,0 ton per ha dan umumnya memiliki harapan yang sesuai untuk bahan baku alternatif. Selain Khina-1, Khina-2, Khina-3, telah ditemukan 4 hibrida baru yang bisa diterima petani yaitu GRAxDMT, GKBxDMT, GKNxDTE, dan GKBxDTE. 
Data publikasi FAO yang terakhir menyebutkan bahwa luas areal panen kelapa di Indonesia adalah 2,7 juta ha, sedangkan produktivitas per hektarnya adalah 58,43 ribu hektogram. Dengan demikian jumlah total produksi kelapa di Indonesia adalah 15,6 juta metrik ton.
i.        Sistem Manajemen Informasi (SIM)
Secara umum manajemen operasi meliputi kegiatan yang berkaitan untuk menghasilkan barang dengan secara tepat, baik jenis, mutu, jumlah maupun waktunya, disertai dengan biaya yang minim. Dalam rangka memenuhi tugas manajemen operasi maka system Informasi manajemen (SIM) berperan untuk memberikan informasi berbagai fasilitas operasi secara benar, lengkap dan tepat waktu sehingga pimpinan perusahaan dapat mengambil langkah-langkah yang efektif dalam upaya melaksanakan operasi perusahaan. Ruang lingkup SIM di bidang operasi tidak hanya berkaitan dengan pengendalian persediaan dan pengendalian mutu, tetapi menyangkut berbagai aspek proses operasi.
Untuk mengorganisir antar bagian agar berkinerja secara efektif dan efisien, manajemen perlu menyiapkan system aplikasi pembantu (sorfware) komputer. Namun, pada contoh SKB ini tidak dicantumkan poin tentang SIM. Sehingga perlu ada perbaikan pada poin ini.
j.        Rekomendasi
Layak dengan catatan, pada poin i tentang SIM perlu dicantumkan. Agar dapat dikatakan layak.

BAB V : MANAJEMEN DAN ORGANISASI
            Aspek manajemen dikaitkan menjadi 2 yaitu manajemen proyek dan manajemen sumber daya manusia. Sedangkan aspek organisasi berkaitan dengan bentuk organisasi dan segala kelengkapan yang akan dibuat dan selanjutnya dianalisis proses pengadaan sumber daya manusianya untuk menduduki dan memegang bagian dan fungsi organisasi sesuai dengan yang direncanakan. Sebenarnya manajemen dan organisasi berkaitan dengan bagaimana mengalokasikan sumber daya yang ada untuk menfasilitasi proyek ini dengan tepat waktu. Namun, setelah di analisis lebih lanjut ternyata hasil SKB ini tidak dicantumkannnya bab tentang manajemen dan organisasi sebagaimana seharusnya ada. Sehingga perlu ada beberapa poin yang penting perlu dituliskan, yaitu sbb

·         Penentuan waktu pelaksanaan proyek
·         Pelaksanaan pembangunan proyek
·         Struktur organisasi
·         Perencanaan SDM
·         Analisis pekerjaan/ job deskripsi
·         Rekruitmen, seleksi, dan orientasi
·         Produktivitas, pelatihan dan pengembangan, prestasi kerja, kompensasi, perencanaan karier, keselamatan dan kesehatan kerja,pemberhentian
Rekomendasi tidak layak, perlu dilakukan perbaikan dengan mencantumkan poin pada aspek diatas sehingga dapat dikatakan layak.

BAB VI : ASPEK POLITIK, SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA
            Ada beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu
1.      Aspek politikèdimana suatu bisnis harus melihat stabilitas politik, arah kebijakan pemerintah, peraturan moneter, birokrasi pemerintah (belum dijelaskan sehingga perlu adanya perbaikan laporan ini).
2.      Aspek ekonomi dan sosialèdalam contoh hasil SKB ini belum tercantumkan analisis biaya sehingga perlu ada tambahan penjelasan tentang hal ini. Kalau dilihat dari manfaat sudah tercantumkan bahwa Sebagaimana industri pengolahan lainnya, industri pengolahan minyak kelapa sebetulnya mempunyai dampak positif bagi ekonomi dan sosial, sedangkan pada lingkungan, pada tingkat tertentu mempunyai dampak yang negatif.   Sebagai salah satu bahan makanan, minyak kelapa sebagai minyak goreng mempunyai peranan signifikan dalam perekonomian nasional. Dari aspek ekonomi, perkembangan minyak kelapa akan cukup signifikan meningkatkan pendapatan para petani kelapa. Industri ini juga sangat berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan mempunyai multiplier efek yang positif bagi sektor-sektor ekonomi lainnya.
·         Rekomendasi: layak dengan catatan, dikatakan layak bila dilengkapi dengan analisis biaya.



BAB VII: ASPEK FINANCIAL
a.       Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja
Modal investasi untuk mendirikan usaha pengolahan minyak kelapa berasal dari dana sendiri. Idealnya modal investasi tersebut sebagian dapat didanai oleh bank, namun hal tersebut jarang terjadi khususnya untuk usaha kecil. contoh pembiayaan investasi yang berasal dari dana sendiri sebesar Rp 52.804.500 dan kredit sebesar Rp 98.065.500 atau 35% dana sendiri dan 65% dana dari kredit. Proporsi ini didasarkan pada ketentuan PT. Bank Rakyat Indonesia, Persero, Tbk. Sementara itu, modal kerja juga dibiayai dengan proporsi yang sama dengan pembiayaan investasi yaitu 35% dana sendiri dan 65% kredit bank.
No
Rincian Biaya Produksi
Total Biaya (Rp)      
I
1.      Kebutuhan Modal investasi
2.      Dana investasi yang bersumber dari:
a.       Kredit (65%)
b.      Dana sendiri (35%)
150.870.000

98.065.500
52.804.500

II
1.      Kebutuhan modal kerja
2.      Dana modal kerja yang bersumber dari:
a.       Kredit (65%)
b.      Dana sendiri (35%)
49.322.000

32.059.300
17.262.700
III
Total dana proyek yang  bersumber dari:
a.       Kredit
b.      Dana sendiri

130.124.800
70.067.200
Jumlah dana proyek
200.192.000

Dengan demikian, potensi kredit investasi dan modal kerja yang diperoleh pengusaha adalah Rp 130.124.800 yang dalam ketentuan bank yang dimaksud akan dikembalikan dalam jangka waktu lima tahun. Lebih lanjut, tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku di bank tersebut pada saat ini adalah 15,5% per tahun sedangkan metode pembayaran angsuran bunga adalah efektif menurun. Angsuran pokok dan angsuran bunga diasumsikan dibayar setiap bulan pada akhir bulan. Dengan menggunakan cara-cara perhitungan tersebut maka, pola angsuran pokok, angsuran bunga, dan total angsuran selama lima tahun dengan pembayaran tiap bulan dapat dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tahun
Angsuran pokok
Angsuran bunga
Total angsuran
Saldo awal
Saldo akhir

1
2
3
4
5

26.024.960
26.024.960
26.024.960
26.024.960
26.024.960

18.628.630
24.622.774
10.588.906
6.555.037
2.521.168

44.653.590
40.647.734
36.613.866
32.579.997
28.546.128
130.124.800
130.124.800
104.099.840
78.074.880
52.049.920
26.024.960
130.124.800
104.099.840
78.074.880
52.049.920
26.024.960
0

Pada tahun pertama jumlah angsuran pokok yang harus dibayar ke bank adalah Rp 26.024.960, sedangkan angsuran bunga yang harus dibayar adalah Rp 18.628.630 sehingga jumlah total angsuran adalah Rp 44.124.800. Jumlah angsuran pokok, bunga, dan total akan menurun selama periode pembayaran tahun kedua sampai tahun kelima. Pada akhir bulan tahun kelima akan dijumpai saldo akhir yang bernilai nol yang berarti kredit telah lunas dibayar.
b.      Sumber dana dan biaya modal
Sumber dana yang diperoleh  berasal dari 2 sumber yaitu modal asing (pinjaman) dan modal sendiri, modal sendiri sebesar Rp 52.804.500 dan kredit/ pinjaman sebesar Rp 98.065.500 atau 35% dana sendiri dan 65% dana dari kredit. Untuk biaya modal digolongkan menjadi 2 yaitu biaya investasi dan biaya operasional, biaya investasi diperlukan Rp 150.870.000,- sedangkan biaya operasional perbulan diperlukan sebesar Rp 591.864.000,- yang terdiri dari biaya tetap Rp 2.400.000 dan biaya variable Rp 589.464.000,-
c.       Struktur modal
Dilihat dari segi hutang diperkirakan pinjaman akan dibayar lunas dalam jangka waktu 5 tahun. Walaupun modal sendiri 35% lebih kecil dari pinjaman sebasar 65%.
d.      Estimasi aliran kas, penjualan, pendapatan yang akan diperoleh, biaya-biaya yang akan dikeluarkan, laba rugi dan neraca usaha, serta proyeksi kemampuan pelunasan hutang.
·         Arus Kas
Dalam arus kas ini belum dipaparkan antara aliran kas masuk dan dan aliran kas keluar sehingga perlu perbaikan lagi  dalam laporan SKB nya.
·         Laba Rugi, biaya-biaya, pelunasan utang, dan BEP
Uraian

Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Pendapatan






Operasional

740.400.000
740.400.000
740.400.000
740.400.000
740.400.000
Lain-lain

0
0
0
0
0
Total pendapatan

740.400.000
740.400.000
740.400.000
740.400.000
740.400.000
Biaya-biaya






Biaya tetap

2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
2.400.000
Biaya variabel

589.464.000
589.464.000
589.464.000
589.464.000
589.464.000

Sub Total
591.864.000
591.864.000
591.864.000
591.864.000
591.864.000
Depresiasi

11.194.000
11.194.000
11.194.000
11.194.000
11.194.000
Angsuran






a.       Angsuran kredit

26.024.960
26.024.960
26.024.960
26.024.960
26.024.960
b.      Bunga kredit

18.628.630
14.622.774
10.588.906
6.555.037
2.521.168

Sub Total
44.653.590
40.647.734
36.613.866
32.579.997
28.546.128
Total Biaya

647.711.590
643.705.734
639.671.866
635.637.997
631.604.128
Laba (rugi)sebelum pajak

92.688.410
96.694.266
100.728.134
104.762.003
163.367.872
Pajak 15 %

13.903.261
14.504.140
15.109.220
15.714.300
24.505.181
Laba (Rugi)

78.785.148
82.190.126
85.618.914
89.047.703
138.862.691
Profit marjin

13%
13,06%
13,60%
14,15%
20,55%
BEP (penjualan)

278.380.701
258.412.911
238.305.486
218.198.061
155.544.287
BEP (Produksi/ kg)

109.604
109.604
109.604
109.604
109.604
BEP (rata-rata penjualan)

229.768.289




BEP (rata-rata Produksi

109.604




                                                        
e.       Kriteria penilaian/ perhitungan kelayakan bisnis termasuk analisis break point (BEP)

Hasil Analisis Kelayakan Financial
                                                                                 
No
Kriteria
Nilai
1
NPV DF 15,5%
Rp 238.926.925
2
Net B/C ratio DF 15,5%
2,19
3
IRR
57,39%
4
Payback Period Usaha
2 tahun 10 bulan
5
Payback Period kredit
1        tahun 11 bulan
                      
           Nilai NPV dengan discount factor (DF) 15,5% menghasilkan NPV sebesar Rp 238.926.925, yang berarti layak untuk dilaksanakan. Kesimpulan yang sama juga dapat disimpulkan dari kriteria Net B/C ratio 2,19 yang menunjukkan proyeksi benefit yang diperoleh 1,044 kali lebih tinggi dari biaya yang dibutuhkan. Nilai IRR yang diperoleh mencapai 57,39% yang berarti layak jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga aktual sekarang ini yang mencapai antara 15,50%. Sementara itu, berdasarkan arus kas kumulatif maka diperoleh kesimpulan bahwa PBP usaha akan dicapai pada tahun ke-2 atau tepatnya setelah 2 tahun dan 10 bulan sedangkan PBP kredit adalah sebesar 1 tahun dan 3 bulan.
           Untuk Break Event Point (BEP) sudah dicantumkan di Laporan Proyeksi Laba Rugi diatas.
f.       Rekomendasi
 Layak dengan catatan, sebaiknya perlu dilakukan perbaikan dengan mencantumkan aliran kas masuk dan keluar  karena dengan adanya aliran kas secara lengkap maka dapat mempermudah berapa dana yang sudah masuk dan keluar setiap tahunnya, selain itu juga struktur modal perlu dipaparkan secara lengkap agar biaya modalnya dapat diketahui secara menyeluruh secara tepat.

BAB VIII: ASPEK LINGKUNGAN HIDUP

Lingkungan hidup perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan industri minyak kelapa ini. Beberapa limbah yang layak diperhatikan adalah limbah cair berupa minyak yang tumpah dan gas karbondioksida akibat dari proses pembakaran yang dilakukan selama proses produksi. Selain itu, polusi suara juga dapat terjadi karena penggunaan mesin-mesin dalam proses produksi.
Namun demikian, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, limbah cair dan limbah gas serta polusi sebagai efek negatif terhadap lingkungan sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan tidak mempunyai efek yang signifikan dan membahayakan lingkungan di sekitar pabrik.
            Dilihat dari paparan diatas perlu dicantumkan tentang dasar hukum AMDAL, tujuan dan kegunaan AMDAL, manfaat AMDAL, fungsi AMDAL serta berkaitan dengan dampak negatif seperti pada tanah dan kehutanan, air, dan udara, serta alternatif penanganannya.
            Rekomendasi layak dengan catatan, bila dicantumkan seperti yang disarankan diatas.




KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
            Contoh laporan Study Kelayakan Bisnis ini banyak sekali kekurangannya sehingga perlu ada perbaikan yang menyeluruh tentang masing-masing kajian aspek, dimana:
a)      Aspek Hukum
Karena belum dicantumkan tentang aspek hukum, maka point2 yang harus dipenuhi adalah sbb:
1.      Pelaksana bisnis
2.      Identitas Pelaksana Bisnis
3.      Bisnis apa yang akan dilaksanakan
4.      Lokasi bisnis
5.      Waktu pelaksanaan bisnis
6.      Peraturan dan kelengkapan perijinan
Rekomendasi: Tidak layak, sehingga perlu dilakukan perbaikan kembali dengan menjelaskan segi aspek hukumnya.
b)     Aspek Pasar dan Pemasaran
Peluang pasar dan pangsa pasar sangat terbuka lebar pada pengelolaan minyak kelapa hanya saja tenaga ahli dan kekurangan modal adalah factor paling menghambat dalam industri ini.
Rekomendasi: Hasil analisis layak dengan catatan. Sehingga perlu adanya perbaikan dengan menjelaskan poin bentuk pasar, segmentasi, target, dan posisi pasar, dan manajemen pemasaran agar informasinya lebih valid.
c)      Aspek Teknik/ operasi dan Teknologi
Aspek ini sangat berpengaruh sekali dalam perkembangan industry ini, karena dengan teknologi yang modern lebih mempermudah dalam pengelolaan industry tentunya dengan didukung oleh tenaga ahli yang terlatih dan  terampil pula
Rekomendasi:Layak dengan catatan, pada poin tentang SIM perlu dicantumkan. Agar dapat dikatakan layak.
d)     Manajemen dan Organisasi
Setelah di analisis banyak sekali point2 yang belum dicantunkan Sehingga perlu ada beberapa poin yang penting perlu dituliskan, yaitu sbb:
·         Penentuan waktu pelaksanaan proyek
·         Pelaksanaan pembangunan proyek
·         Struktur organisasi
·         Perencanaan SDM
·         Analisis pekerjaan/ job deskripsi
·         Rekruitmen, seleksi, dan orientasi
·         Produktivitas, pelatihan dan pengembangan, prestasi kerja, kompensasi, perencanaan karier, keselamatan dan kesehatan kerja,pemberhentian
·         Rekomendasi: tidak layak, perlu dilakukan perbaikan dengan mencantumkan poin pada aspek diatas sehingga dapat dikatakan layak.
e)      Aspek Politik, Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Aspek politik, dimana suatu bisnis harus melihat stabilitas politik, arah kebijakan pemerintah, peraturan moneter, birokrasi pemerintah. Aspek ekonomi dan sosial  sangat berpengaruh juga terhadap berjalannya suatu industry ini. Namun dalam laporan ini belum dicantumkan sehingga perlu ada perbaikan lagi.
·         Rekomendasi: layak dengan catatan, dikatakan layak bila dilengkapi dengan analisis biaya.
f)       Aspek Financial
Dalam aliran kas masuk dan keluar belum dicantumkan sehingga perlu adanya kajian ulang. Kalau dari kebutuhan dan alokasi dana sampai kriteria penilaian SKB menurut saya sudah lengkap sehingga tidak perlu dilakukan kajian ulang.
·         Rekomendasi
Layak dengan catatan, sebaiknya perlu dilakukan perbaikan dengan mencantumkan aliran kas masuk dan keluar  karena dengan adanya aliran kas secara lengkap maka dapat mempermudah berapa dana yang sudah masuk dan keluar setiap tahunnya, selain itu juga struktur modal perlu dipaparkan secara lengkap agar biaya modalnya dapat diketahui secara menyeluruh secara tepat.
g)      Aspek Lingkungan Hidup
 Lingkungan hidup perlu diperhatikan dalam rangka pengembangan industri minyak kelapa ini. Beberapa limbah yang layak diperhatikan adalah limbah cair berupa minyak yang tumpah dan gas karbondioksida akibat dari proses pembakaran yang dilakukan selama proses produksi. Selain itu, polusi suara juga dapat terjadi karena penggunaan mesin-mesin dalam proses produksi.
Setelah di analisis, dasar hukum AMDAL, tujuan dan kegunaan AMDAL, manfaat AMDAL, fungsi AMDAL serta berkaitan dengan dampak negatif seperti pada tanah dan kehutanan, air, dan udara, serta alternatif penanganannya belum dicantumkan.
·         Rekomendasi: layak dengan catatan, bila dicantumkan seperti yang saya sarankan seperti diatas seperti dasar hukum AMDAL sampai alternative penanganan lingkungan.